Sudah bukan rahasia lagi bila tren batu akik belakangan ini telah memasuki titik anti-klimaksnya. Banyak pedagang atau pebisnis batu akik yang mengalami penurunan omzet dalam beberapa bulan ini. Beberapa pedagang yang merasakan langsung turunnya omzen penjualan batu akik adalah pedagang di Pasar Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur.
Muhammad Rafiq, 40 tahun, salah satu pemilik toko batu akik di Rawa Bening menuturkan bahwa dirinya mengalami penurunan omzet yang signifikan. Bila saat tren batuk akik masih tinggi Rafiq mampu memperoleh omzet hingga 150 juta per bulan, sekarang Rafiq hanya mampu meraup omzen Rp 70 juta saja.
“Sebelum sepi pengunjung saya bisa mendapat omzet hingga Rp 150 juta perbulan. Sekarang dapat sekitar 70 juta saja perbulannya,” ungkap Rafiq sebagaimana dikutip dari Tempo.co, Rabu, 16 September 2015.
Baca juga:
Rafiq, yang merupakan pemain lama dalam bisnis batu akik mengaku santai menghadapi turunnya tren batu akik belakangan ini. Dia mengaku sudah terbiasa mendapatkan omzet sama dengan yang dia peroleh belakangan ini. “Kalau pengusaha yang sudah lama menetap, tidak terlalu terpengaruh dengan sepinya pengunjung,” terangnya.
Bagi pemain baru di bisnis batu akik yang baru memulai bisnisnya pada saat batu akik booming 2014 silam, tidak akan mudah bertahan menghadapi turunnya harga batu akik. “Masalah naik turun omzet bagi para pengusaha lama itu sudah menjadi hal biasa. (sementara itu) Karena musiman, mereka (pemain baru) mengalami penurunan pendapatan yang signifikan,” lanjutnya.
Menurunnya tren batu akik, menurut Rafiq, juga mempengaruhi jumlah varian batu akik yang dijual di Pasar Rawa Bening. Tak sedikit jenis batu yang dulu dijual pedagang Rawa Bening kini sudah tidak dijual lagi. Hal itu lantaran permintaan pada batu-batu tertentu mengalami penurunan tajam, bahkan tidak ada.
“Batu lokal yang tidak terkenal seperti raflesia bengkulu, kinyang, dan batu lain yang murah-murah sekarang tidak ada.” pungkasnya.