Beberapa hari ini, dua operator seluler besar tanah air, Indosat Ooredoo dan Telkomsel terlibat perang dingin. Perang dingin itu dimulai setelah beredar spanduk IM3 Ooredoo di media sosial yang berisikan sindiran terhadap tarif Telkomsel.
“Gratis kartu IM3 Ooredoo di sini. Cuma IM3 Ooredoo nelpon Rp 1/detik. Telkomsel? Gak mungkin!” demikian bunyi spanduk IM3 Ooredoo yang menghebohkan itu.
Baca juga:
Menanggapi fenomena “greget” tersebut, operator selular besar lain, XL Axiata, turut memberikan komentaranya. Dian Siswarini, CEO PT XL Axiata, membenarkan persaingan antar operator seluler memang sangat ketat. “Sebenernya persaingan di industri telekomunikasi itu memang sangat ketat,” ungkap Dian, di Jakarta, Jumat, 24 Juni 2016.
Menurut Dian, tak jarang aksi promo operator seluler yang terjadi di lapangan bukanlah kebijakan resmi dari pusat. “Akhirnya terkadang persaingan tersebut menimbulkan aktivitas dilapangan yang sebenarnya mungkin bukan ide (dari pusat), tapi lebih pada keinginan untuk memenangkan pasar,” terangnya, dikutip dari Sindonews.com, Sabtu, 25 Juni 2016.
Lebih jauh, lanjut Dian, untuk memajukan industri telekomunikasi di Indonesia, semua operator seluler di Indonesia harus bekerja sama dan memperhatikan tiga hal penting. Pertama adalah Consumer, operator harus melayani consumer sebanyak-banyaknya dengan kualitas yang memadai.
Kedua Investor, operator seluler butuh Investor untuk modal karena membangun sebuah industri tidak murah. Ketiga adalah Pemerintah, yakni revenue dari operator atau dari pajak. “Untuk membangun industri telekomunikasi, ketiga hal ini harus selaras baru industri ini bisa lebih maju,” tutupnya.