Euforia masyarakat terhadap fenomena batu akik belakangan ini mengundang keprihatinan berbagai kalangan, terutama soal harga batu akik yang dinilai sudah tidak wajar lagi. Timur Sinar Suprabana, budayawan Semarang yang juga pegiat batu akik sejak tahun 1985 menilai masyarakat masih minim informasi tentang harga batu akik.
“Harapan saya, dengan event-event (kegiatan) pameran yang kerap dilakukan, muncul edukasi soal harga. Karena harga yang diberikan tidak rasional,” kata Timur di sela pameran batu akik di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (25/2/2015).
Timur memberikan contoh salah satu batu akik yang menurutnya tidak masuk akal harganya adalah batu bacan. Dia mendapati banyak pedagang yang membumbui cerita-cerita politik yang kebenaranya diragukan agar harga batunya melambung tinggi.
Baca juga:
“Persoalannya soal bacan, ada aspek manipulasi antarpedagang, agar laku. Manipulasi harga itu dibumbui dengan rumor politik, seperti cerita Presiden Jokowi soal batu akik,” terangnya, dilansir Viva.co.id, Kamis (26/2/2015).
Banderol harga Rp 12 jutaan untuk batu bacan menurut Timur sudah tidak rasional. Menurutnya, masyarakat seperti dituntun untuk mengiyakan bahwa bacan adalah batu termahal di negeri ini, padahal batu tersebut banyak kembarannya wilayah lain.
“Batas Rp12 juta sudah tidak lagi rasional. Apalagi itu batu kembarannya banyak. Maka harus lihat kualitas batunya. Jangan sampai publik terperdaya. Ini disesatkan oleh para pengepul bahan,” lanjutnya.
Timur juga menyayangkan ulah sebagaian oknum penjual batu yang menamakan batu jualanya dengan seenaknya sendiri. “Seperti batu bacan sendiri, kan, nama daerah. Tapi saat ini orang-orang banyak mengatasnamakan batu bacan semau mereka,” pungkasnya.